Latest News :

Gadis Misteri 02

Sambungan dari bagian 01

Vita mulanya bingung, dan dia malah bertanya, "Apa rasanya Tom, barangku?" Terpaksa aku sudahi dulu aktivitasku di liang kemaluannya dan kujelaskan saja rasanya yah agak asin sih, tapi sekarang sudah biasa kok. Akhirnya dia malah dengan antusias membuka kaos dan celanaku yang memang dari tadi belum sempat kubuka, setelah itu dia malah teriak, "Aww, anu kamu gede juga yah Tom!" (padahal sich menurutku, ukuranku biasa-biasa saja, mungkin karena dia tidak pernah melihat sebelumnya jadi menurut dia punyaku besar barangkali yach), setelah itu dia bilang, "Tom aku juga boleh jilat-jilat barang kamu kan!" Aku bilang saja, "Terserah!" Mulanya kulihat dia agak ragu-ragu, bahkan ketika menggenggam batang kemaluaku saja dia itu gemetar sekali lalu dengan pelan-pelan didekati ke mulutnya, lalu dia mulai menjulurkan lidahnya ke batang kemaluanku, sekali-dua kali, akhirnya dia memasukkan setengah batang kemaluanku ke mulutnya. Yah sudah, habis itu aku juga meneruskan aktivitasku di liang kemaluannya. Mula-mula aku agak susah mencari klitorisnya, mungkin karena masih perawan dan terlalu kecil, tapi dengan usaha keras akhirnya aku berhasil menemukannya.

Lima menit kemudian tiba-tiba badannya mengejang dan akhirnya dia orgasme untuk pertama kalinya dalam hidupnya (menurut dia lho), karena mulutku masih di dalam kemaluannya yah aku langsung jilat saja semua cairan yang keluar dari sana. Setelah itu dia juga mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya dan bertanya lagi, "Tom, kok air kencingku kamu minum sich!" sambil senyum-senyum aku menjelaskan, "Itu bukan air kencing tapi, itu cairan yang keluar karena kamu sudah orgasme!" dan dia malah tanya lagi, "Tom apa kamu juga bisa mengeluarin cairan tersebut?" (Sebenarnya aku ingin jelaskan panjang lebar bahwa cairan spermaku itu bisa membuat dia hamil, tapi entah kenapa mungkin setan sudah merasuki aku, aku takut kalau dia tahu dia malah tidak mau ML bersamaku, kan sudah tanggung). Akhirnxa aku cuma jawab, "Bisa lah!" Setelah itu dia bilang dia juga ingin minum cairan orgasmeku, dan dengan semangat dia memasukan batang kemaluanku ke dalam mulutnya (kali ini dia sudah lebih berani), dan aku juga mulai kembali menjilat-jilat klitorisnya.

Tapi mungkin dia memang terlalu cepat orgasme, baru sekitar 10 menit aku jilat-jilati, dia orgasme lagi. Dia berhenti lagi dan bertanya lagi, "Tom kok kamu belum orgasme sih, sedang aku sudah 2 kali orgasme, caraku jilatinnya salah kali yach!" Aku bilang, "Tidak kok, lama-cepatnya orgasme tiap orang itu berbeda, lagian orgasme itu bisa terjadi berkali-kali." Yah sudah setelah itu dia langsung meneruskan menjilat-jilat, dan menghisap-hisap batang kemaluanku. Karena takut dia orgasme lagi kali ini aku pelan-pelan menjilat-jilat klitorisnya, sambil tanganku kembali mencari kedua buah dadanya yang amat menantang di depanku itu. Sekitar 10 menit kemudian akhirnya aku orgasme juga dan spermaku langsung ditelan oleh Vita sampai tidak tersisa sedikit pun juga. Setelah itu dia bingung lagi, "Kok barang kamu jadi kecil dan lemes sih Tom?" Yah sudah aku jelaskan lagi, "Kalau barang cowok setelah orgasme tuch pasti mengecil nanti juga gede lagi," dia malah tanya caranya aku bilang banyak kok caranya dengan cara mengocok-ngocoknya pelan-pelan atau mengulumnya seperti tadi dan banyak lagi deh.

Akhirnya dia malah mengocok-ngocok pelan batang kemaluanku, menerima kocokan tangan halus, tidak beberapa lama batang kemaluanku tegak lagi, dan Vita kesenangan, "Hore barang kamu gede lagi," dan aku tanya sekarang mau ngapain lagi, dia bilang bahwa ingin merasakan lubang kemaluannya dimasukan barangku seperti di film BF tadi. Sebelumnya aku sudah bilang ke dia kalau itu mungkin sakit, tapi dia bilang tidak apa-apa, yah sudah deh akhirnya aku mulai mengarahkan batang kemaluanku pas ke depan lubang kemaluannya. Lalu dengan pelan-pelan karena terus terang aku juga belum pernah kumasukan ke dalam lubangnya, aku sendiri merasa sakit, dan aku juga lihat Vita meringis kesakitan. Sambil bilang, "Tom sakit banget sich!" Karena tidak tega aku sempat cabut lagi batang kemaluanku yang baru masuk sedikit di liang kemaluannya. Eh, Vita malah teriak, "Tom kok udahan?" Aku bilang, "Katanya sakit?" Karena dia bilang tidak apa-apa, aku mulai lagi deh memasukan batang kemaluanku kali ini. Aku lihat dia tidak teriak lagi tapi dari ekspresi mukanya, aku tahu dia kesakitan sekali. Aku sendiri heran kok sempit sekali yah? (dalam hatiku bilang, mungkin karena masih perawan barangkali) yah sudah deh dengan usaha keras akhirnya aku berhasil masukan tigaperempat batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya setelah menunggu sejenak agar Vita bisa menenangkan diri. Aku mulai maju mundurkan batang kemaluanku, mula-mula seret sekali, tapi lama kelamaan longgar. Aku malah berasa batang kemaluanku ada yang pijit-pijit. Baru beberapa kali goyangan, kulihat Vita mulai kembali menggeliat sambil berteriak, "Enak Tom terus Tom," dan sambil terus maju-mundurkan batang kemaluanku, aku sempat meremas payudaranya, malah kadang-kadang aku sempat mencium bibir dan puting susunya.

Setelah hampir 15 menit aku maju mundurkan batang kemaluanku tiba-tiba aku lihat Vita seperti menggigil, dan lalu dia mengalami orgasmenya. Karena aku rasa becek benar, aku sempat cabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya dan mengalirlah dari lubang kemaluannya cairan orgasmenya dan beberapa bercak darah keperawanannya. Setelah itu kami kembali berciuman, dan aku sempat beberapa kali menyupang di sekitar puting susunya. Setelah beberapa menit dia kembali memintaku untuk memasukkan lagi batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya sebab dia bilang enak sekali rasanya. Dia baru kali ini merasakan kenikmatan seperti itu. Dan kali ini aku tidak menemui kesulitan memasukan batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, dan aku kembali memaju mundurkan batang kemaluanku, karena aku agak bosan dengan gaya tersebut kucabut lagi batang kemaluanku, dan aku minta dia duduk di atas batang kemaluanku dan kini aku berada di bawah dan dia duduk di atas kemaluanku.

Ternyata Vita pintar sekali, kali ini aku merasa suatu kenikmatan ketika Vita menaikkan dan menurunkan badannya. Karena aku merasa kenikmatan yang tiada taranya, 10 menit kemudian aku bilang ke Vita, "Vita aku sudah mau keluar nich," dan Vita juga bilang kalau dia juga sudah mau keluar. Akhirnya kami keluar bersamaan. Setelah itu Vita bangung dan tidur di dadaku, dia bilang aku hebat sekali, dan dia puas sekali bisa merasakan kenikmatan dunia seperti yang barusan dia lakukan bersamaku. Akhirnya kami sama-sama terlelap dengan keadaan telanjang bulat. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu benda lunak menjilat-jilat kemaluanku, ternyata setelah kulihat Vita dengan asyiknya sedang menjilat-jilat batang kemaluanku (dalam hatiku berpikir mungkin dia terangsang lagi barangkali yah). Tadinya aku bilang bahwa main jilat-jilatannya seperti semalam saja, tapi dia bilang kalau dia ingin puaskan aku dulu, habis itu terserah. Yah sudah deh, aku pasrah saja. Sambil melihat ke langit-langit kamar, aku merasakan suatu kenikmatan yang tiada taranya. Mungkin karena terlalu nafsu baru sekitar 15 menit aku sudah orgasme dan kembali Vita menyedot habis semua spermaku, setelah itu dia bilang, "Tom ayo sekarang kamu puasin aku!" Yah sudah aku bangun saja dari tempat tidurku, dan aku mulai mencium mulut dia yang masih berbau spermaku sendiri. Setelah puas bermain di bibirnya sambil tanganku meremas-remas buah dadanya, aku kembali mengarahkan mulutku ke kemaluannya terus terang sejak semalam aku jadi suka sekali menjilat kemaluan Vita, mungkin karena rasanya nikmat sekali.

Setelah puas dan karena batang kemaluanku mulai kembali bangun, aku akhirnya ingin segera memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan karena Vita minta aku memakai gaya yang lain, kusuruh saja Vita menungging sambil tangannya memegang lemari yang ada di kamar lalu aku mulai menyodokkan batang kemaluanku. Seperti dugaanku, kali inipun aku dengan mudah dapat memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dan aku mulai menggerakkan badanku maju mundur. Setelah beberapa lama dan kulihat Vita juga seperti sudah agak kejang, aku kembali ke posisi standar. Setelah 15 menit melanjutkan dengan posisi ini akhirnya aku dan Vita orgasme bersama. Setelah itu kami mandi bersama, lalu bersiap-siap untuk makan siang dan kembali ke Jakarta. Sepanjang perjalanan aku bingung kenapa kulihat Vita itu murung sekali sih, ketika kutanya dia bilang dia tidak apa-apa kok, yah sudah deh aku diam saja. Setelah pas sampai di depan rumahnya dia bilang begini kepadaku, "Makasih yah Tom, ini liburan terindah dan termenarik yang pernah kurasakan, sayang ini cuma semalam saja dan tidak mungkin akan terulang lagi." Mulanya aku bingung tapi aku diam saja.

Setelah itu aku pulang ke rumah dan karena aku agak sibuk baru pada malam harinya aku sempat membuka surat yang Vita berikan kepadaku, kira-kira begini isi surat Vita kepadaku:

Anyer, 15 September 1997

Dearest Tommy,

Tom, aku mau bilang makasih karena kamu sudah mau ngajak aku liburan ke sini, terima kasih juga karena kamu sudah mau dengar masalahku, dan terutama terima kasih atas segala yang kamu berikan kepadaku malam ini. Sayang Tom aku sadar bahwa aku sudah tidak mungkin bisa mengalami itu lagi bersama kamu, bahkan aku tahu setelah ini aku tidak mungkin bisa ketemu kamu lagi. Sungguh sekarang itu aku nyesel banget kenapa kita baru bertemu 1 minggu yang lalu kenapa tidak 1 bulan yang lalu ketika nyokap Vita belum jodohin Vita sama temenya. Tapi Tom, Vita sadar penyesalan selalu datang terlambat, tapi yang pasti sekali lagi makasih yah Tom, dan satu lagi pesen Vita setelah kamu baca surat ini Vita harap kamu mau menyimpannya sebagai kenang-kenangan dari Vita, dan jangan cari Vita lagi, bukannya Vita tidak mau ketemu kamu lagi, tapi percuma. Yah sudah dech Tom, Vita pesen jaga diri kamu baik-baik yach, dan Vita harap kamu cepet-cepet lulus yach!

Dari

Vita

Setelah membaca surat itu aku terus terang bingung sekali, tapi yah aku pikir besok Senin saja kutanyakan kenapa. Tapi ternyata pas hari Senin aku kuliah aku tidak melihat Vita, bahkan setelah kutunggu hari Selasanya aku juga tidak berhasil menemukan Vita. Tadinya aku mau telepon dia, tanya kenapa dia tidak kuliah, tapi belakangan aku sadar aku kan tidak punya telepon dia, dan semua teman-teman kelasku juga tidak ada yang tahu telepon Vita. Akhrinya pada hari Rabu sore aku ke rumahnya. Mulanya aku ketemu dengan pembantunya, dan ketika aku menanyakan Vita dia agak terkejut, dan kemudian aku disuruh menunggu, lalu keluarlah perempuan setengah baya yang masih terlihat cantik, aku duga ini pasti ibunya Vita.
"Selamat sore Tante, Vitanya ada?" tanya aku sopan, tapi pertanyaanku malah dijawab dengan pertanyaan lain.
"Apa Adik belum tahu tentang keadaan Vita?"
Yah aku bilang saja, "Belum, memang kenapa Tante?"
Lalu kulihat perempuan itu menangis dan dia mulai menceritakan bahwa Vita sudah meninggal dunia 10 hari yang lalu. Langsung aku shock dan bilang,
"Tidak mungkin seminggu ini saya masih bersama Vita kok Tante, lagian kemarin kami baru jalan-jalan bersama!"

Setelah itu aku memperlihatkan surat yang Vita buat untukku, menurut ibunya itu memang tulisan tangan Vita. Lalu aku didesak untuk menceritakan semua pengalamanku sama Vita, yah sudah aku ceritakan semua, kecuali pengalaman di cottage itu (malu), eh dia bilang itu tidak mungkin Vita, soalnya Vita jelas sudah meninggal, lalu kemudian Vita kuliah pagi bukan malam, memang dia kuliah di tempat yang sama denganku. Lalu akhirnya aku minta lihat fotonya, siapa tahu aku salah alamat, ternyata setelah melihat fotonya aku yakin bahwa aku kenalan sama Vita yang kata ibunya sudah meninggal. Karena pas kulihat fotonya, aku lihat dia memakai gaun yang sama dengan yang ada di fotonya selain itu kalung, jam tangan dan gelangnya pun sama persis.

Nah setelah itu aku pulang ke rumah dengan perasaan bingung, dan sampai sekarang aku belum tahu misteri di balik temanku Vita yang misterius itu.

TAMAT
Read More | komentar

Gadis Misteri 01

(by: kurungan2000@yahoo.com)

Namaku Tommy (nama samaran), aku seorang mahasiswa PTS Komputer terkenal di daerah Jakarta Barat, sekarang aku sudah memasuki semester VI, dan ceritaku ini bermula pada pertengahan tahun 1997 kemarin. Malam ini adalah hari pertama aku kembali kuliah setelah selesai liburan semester. Memang sejak semester 3 ini aku mengambil kuliah malam, soalnya siangnya aku harus bantu-bantu di perusahaan ayahku.

Jujur saja, ternyata kuliah malam itu tidak enak yah, kampusku sepi benar, aku agak ngeri nich, mana aku bayangkan pasti teman-teman kuliahku sudah pada tua barangkali yach, soalnya kan kalau kuliah malam pastilah orang kerja semua, wah bisa bikin BT nih. Tidak berasa sambil melamun aku sudah sampai di depan kelasku, masih terlihat sepi, karena sekarang baru pukul 19.00, sedang kuliah memang baru dimulai pukul 19.30 nanti. Dan aku memilih duduk agak di depan, soalnya pengalaman satu tahun kemarin yang duduk di depan jarang ditanya oleh dosen sih. Sambil santai aku keluarkan sebuah novel karangan "Mira W" yang baru aku pinjam kemarin dari temanku, dan mulai dech aku baca itu novel. Tidak tahu deh sudah agak lama barangkali aku baca buku itu sampai tiba-tiba sebuah suara halus memanggilku, "Ehh.. ehh.." mulanya aku masih cuek saja kupikir bukan manggilku barangkali, tapi kali ini sebuah tangan halus menyentuh tanganku, dan dia berkata, "Ehh, ehh." Baru deh kali ini aku yakin bahwa aku yang dipanggil, yah sudah aku balik ke belakang lihat siapa yang memanggilku. Ternyata seorang cewek manis, yang kira-kira bisa kubilang sangat cantik, bahkan wajah cantiknya sekaligus imut ditunjang dengan tinggi 168 cm dan berat sekitar 52 kg. Langsung saja kutanya, "Kenapa?" dan dia bilang, "Kamu baca novel apa sich kok seru banget?" yah sudah deh aku bilang bahwa ini novel Mira W.

Singkat cerita akhirnya kami kenalan dan dia mengajakku pindah ke belakang di sebelah dia, dan ternyata nama dia Vita (sudah aku samarkan), dan setelah itu kami jadi ngobrol-ngobrol deh. Terus terang aku senang sekali kenalan dengan dia, soalnya terus terang dia seksi dan cantik sekali sih. Mana buah dadanya terlihat besar, padat, dan sekel di balik kaos ketatnya. Aku perkirakan sih ukurannya 36B, lumayan besar kan. Lagi enak-enaknya ngobrol tiba-tiba ada seorang dosen tua dengan tampang menyeramkan masuk ke kelas, langsung deh seisi kelas diam. Dan terpaksa obrolanku dengan Vita aku stop dulu takut didamprat oleh itu dosen, habis tampangya seram "habis" sih. Kuliah malam ini berjalan biasa-biasa saja, setelah selesai aku langsung pulang ke rumah soalnya capai sekali.

Besok malamnya setelah selesai kuliah aku kebetulan berputar lewat depan kampus, soalnya aku mau beli makanan dulu, dan tidak sengaja kulihat wanita berkaos ketat warna biru muda, dan celana jins hitam model Boot Cut. Lho itu kan sih Vita, dalam hatiku berkata kok belum pulang yach? tadi di kelas katanya dia mau cepat-cepat pulang? Yah sudah deh akhirnya aku menghampiri Vita, dan setelah dekat dengan dia kubuka jendela mobilku,
"Hai Vit, kok belum pulang?" tanyaku.
"Iya nich, nungguin taksi soalnya sopirku yang satu tidak masuk, yang satu lagi nganterin nyokap dan bokap ke airport," katanya.
"Oh gitu," kataku lagi.
Setelah itu aku menawarkan diri untuk mengantarkan dia pulang. Mulanya dia menolak, tapi akhirnya mau juga tuh. Di mobil kami jadi ngobrol ngalor-ngidul tidak karuan, dan ternyata Vita tinggal di Jalan S, yang letaknya hanya 5 menit dari rumahku (kebetulan aku jadi tidak capai), dan singkat cerita aku sudah sampai depan rumah besar di jalan S tersebut, dan setelah basa basi bilang selamat malam aku pamitan pulang, soalnya sudah jam 9.30.

Nach hari Jumatnya di kelas, kulihat kok Vita tampangnya sedih sekali sich. Mulanya aku tanya kenapa dia tidak mau cerita, tapi akhirnya dia bilang bahwa apakah aku mau*menemaninya ke Anyer setelah pulang kuliah nanti. Lalu aku bilang boleh-boleh saja sambil tertawa-tawa. Akhirnya sekitar jam 19.30 aku dan dia berangkat ke Anyer, sebelumnya aku telepon ke rumah untuk bilang bahwa malam ini aku tidak pulang soalnya pergi bersama temanku ke Anyer. Setelah itu kusuruh bilang juga ke rumahnya kalau malam ini dia tidak pulang. Dia bilang tidak usah karena orangtuanya sedang di Singapura. Yah sudah deh, aku tidak memaksa lagi. Nah sesampainya di Anyer, dia memaksa memilih sebuah cottage yang letaknya pas sebelum objek wisata karang bolong, dan dia ngotot biar dia yang check in kamar, yah aku sih terserah saja sambil menunggu dia check in aku melihat-lihat cottage ini keren juga yah. Tidak lama Vita kembali sambil membawa sebuah kunci, dan dia ternyata memilih sebuah cottage yang langsung menghadap ke laut, yach sudah deh setelah itu dia mengajakku santai di sebuah pondok yang memang sengaja dibangun untuk melihat laut, dan sebelumnya aku pesan 2 orange juice sama waiter.

Setelah sampai di sana Vita cerita kalau dia itu sedang sedih sekali, soalnya Vita ternyata dipaksa kawin dengan teman ibunya, padahal Vita masih ingin kuliah dulu, dia bilang kalau dia tidak mau kawin sama teman ibunya itu dia bakal diusir oleh ibunya. Setelah itu dia tidak meneruskan ceritanya dan dia malah menangis di dadaku, yah sudah kuhibur dia sambil mengelus rambutnya pelan-pelan. Lalu akhirnya dia mulai melanjutkan ceritanya lagi, tentang keluarganya, tentang ibunya. Tidak berasa sudah jam 12 malam, langsung deh kuajak Vita kembali ke cottage. Nah, sebelumya aku mengambil bajuku di mobil, pas aku mengambil baju di bagasi kebetulan memang aku punya beberapa kaos dan kemeja yang sengaja kubawa kemana-mana untuk keperluan mendadak seperti ini, eh dia tiba-tiba tanya, "Kamu punya kaset apaan saja?" Aku bilang, "Lihat saja di dashboardku," dan setelah itu dia terlihat sibuk sendiri mengaduk-ngaduk dashboardku. Tiba-tiba aku ingat "Oh my God", di dashboardku kan ada beberapa VCD BF punya temanku yang baru kuambil kemarin. Memang itu bukan BF hardcore tapi tetap saja aku malu, mudah-mudahan dia tidak tahu. Tapi pas kulihat ternyata aku telat, dia malah sedang melihat-lihat keempat BF-ku, dan pas aku sampai malah dia bilang, "Tom, ini yach yang namanya film bokep," aku sampai bingung jawabnya. Tidak berasa akhirnya aku menjawab iya juga, dan terus dia malah bilang lagi, "Kita nonton film ini yuk!" Aku sampai kaget mendengarnya, dan terus dia bilang dia belum pernah nonton film beginian, mulanya aku ledek, "Yang bener?" dia malah menanggapi dengan serius, "Sumpah aku tidak pernah nonton film gituan." Mulanya sih aku bilang, "Jangan ah!" tapi dia malah memaksaku terus. Katanya, "Ayo donk Tom, aku pengen tahu nich, dari dulu aku pengen nonton tapi tidak tahu harus cari kemana!" Yah sudah deh, karena tidak enak terpaksa kukabulkan permohonan dia.

Kebetulan kubawa Notebook, yah sudah deh kubawa Notebook-ku ke cottage untuk mengajak dia nonton BF tersebut. Mulanya dia bingung memilih yang mana, akhirnya aku dengan dia sempat mencoba 4 buah, sambil nonton sekilas, dan akhirnya dia milih film yang judulnya "Kamasutra-nya Penthouse". Nah sedang asyik-asyiknya nonton (walau sebenarnya aku sendiri tidak terlalu konsen, soalnya aku tetap merasa "meracuni" anak orang) tiba-tiba Vita menyeletuk, "Tom aku mau tanya boleh tidak? tapi kamu jangan marah yach!" yah sudah kujawab, "Tanya apaan Vit? Tidak! aku tidak marah kok." Ternyata dia bertanya kepadaku, "Pernah tidak kamu ML?" Sumpah aku tidak menyangka dia bakalan bertanya begitu kepadaku. Agak lama aku diam saja tidak jawab, sampai dia akhirnya tanya sekali lagi, "Pernah tidak Tom?" Yah dan akhirnya kujawab deh kalau aku itu memang belum pernah sampai ML sama wanita. Lalu dia malah tanya lagi, "Apa rasanya yah Tom?" aku sampai bingung jawabnya, yah aku jawab saja sekenanya, "Mana aku tahu aku saja belom pernah nyoba."

Nah setelah itu dia diam dan konsen lagi nontonnya. Kalau kuperhatkan sih dia sepertinya tidak konsen nontonnya, soalnya matanya itu seperti menatap kosong ke Notebook-ku. Setelah itu dia bicara lagi,
"Tom aku mau minta sesuatu nich, tapi kamu harus janji ngabulin yach!"
"Apaan tuch? tergantung donk!" jawabku.
Ternyata dia bilang kalau dia itu ingin merasakan ML bersamaku.
Aku bilang, "Kenapa aku?"
Tidak bisa apa-apa lagi dia malah bilang, "Sama-sama tidak bisa kan? jadinya sama-sama belajar."
Sebetulnya aku dalam hati sih mau-mau saja, tidak rugi ini ML sama dia, tapi aku sadar ini tidak boleh kulakukan. Tapi dia terus memaksaku, akhirnya dia malah matikan Notebook-ku, dan setelah itu dia menuju ke saklar lampu, dan dia mematikan lampu di kamar tersebut setelah itu dia mulai meniru cewek yang sedang striptease, yang tadi sempat dia lihat di film sekilas di salah satu film BF-ku.

Setelah beberapa menit menari di depanku, di bawah cahaya bulan yang masuk dari jendela kamar, dia mulai mendekatiku, dan perlahan-lahan membuka blus yang dia pakai, lalu kembali meliuk-liuk bak ular di depanku. Terus terang setelah melihat dadanya yang hanya ditutup BH, aku langsung terangsang, apalagi kemudian dia mulai mencopot celana jeansnya, sambil berkata, "Ayo Tom, kita mulai sekarang!" sehingga kini dia tinggal memakai BH, dan CD, aku makin tidak kuat deh, tapi dalam hatiku terus berperang antara pingin dan takut. Aku sempat melihat sekilas CD-nya yang berwarna pink sudah agak basah oleh cairan yang keluar dari kewanitaannya. Setelah itu pelan-pelan dia berbalik sehingga kini aku hanya melihat punggungnya saja, kupikir dia mulai menyerah barangkali yah, eh tahu-tahunya dia malah mencopot tali BH-nya setelah itu dengan tangan memegang kedua buah dadanya dia membalik lagi kepadaku, dan lalu dia mendekatiku, sambil berkata lagi, "Tom, ayo dong aku sudah tidak kuat nich!" Lalu langsung dia menyodorkan dadanya kepadaku. Sudah dech aku tidak kuat lagi, dalam hatiku hanya berpikir yang penting senang dulu, masalah dosa urusan nanti. Langsung ku-tomplok dia dan kuangkat ke ranjang dan di sana aku mulai menjilati kedua buah puting susunya, wah dia mulai menggelinjang dan merintih-rintih, "Enak Tom, jangan udahan yach, Terus Tom!" Ada kali aku 10 menit berada di kedua belah puting susunya, sampai kulihat di sekitar putingnya sudah memar dan memerah.

Setelah itu dia menarik kepalaku dan langsung mengulum bibirku dengan ganas, dan seperti seorang profesional dia dengan aktif mengulum, kadang-kadang menyedot bibirku. Sambil terus berciuman tanganku mulai turun ke bawah mencari kemaluannya yang masih tertutup CD-nya, lalu aku mulai pelan-pelan menggosokkan jariku di atasnya. Dia merintih lagi, "Ah.. ahh," akhirnya kubuka CD-nya sehingga aku melihat pemandangan yang baru kali ini kulihat secara nyata, yaitu kelamin wanita. Setelah itu aku berhenti dari aktivitas ciuman dengan Vita, kuperhatikan kemaluannya masih kecil benar, di sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu hitam halus yang tumbuh dengan teratur. Langsung aku nafsu benar deh melihatnya, dan tidak perduli lagi aku langsung mendekati liang kemaluannya dan aku mulai mejilat-jilatnya seperti yang sering kulihat di film-film BF.

Bersambung ke bagian 02
Read More | komentar

Dunia Gemerlap - 3

Dari bagian 2

Martin membalas ciumanku sambil memegang buah dadaku. Telapak tangannya sedingin es. Rupanya dia mulai on. Aku merasa putingku geli sekali. Kubiarkan dia menjilati putingku sambil meremas-remas buah dadaku. Martin sungguh berpengalaman! Entah apa ini karena pengaruh inex ataukah memang Martin yang hebat. Dia bisa menimbulkan sensasi yang luar biasa hanya dengan merangsang buah dadaku. Apalagi ketika tangannya turun melewati perutku dan mengelus bulu kemaluanku. Rasanya tubuhku bergetar hebat. Aku jadi lupa diri. Kurasakan jemarinya yang besar itu mulai meraba daerah klitorisku dan membelah bibir vaginaku.

Tanpa terduga, Martin membisiki aku, "Kata Ling kamu masih perawan ya?"
Aku terkejut mendengar perkataannya dan secara reflex menjauhinya. Lalu Martin tertawa dan menggoda agar aku tidak kuatir. Martin menceritakan kalau Ling sudah memperingati semua cowoq di kelompok ini agar jangan sampai ada yang berani menodai diriku. Bila sampai terjadi, Ling akan mengajakku meninggalkan kelompok ini. Martin mengatakan padaku bahwa dirinya juga tidak tega untuk memperdaya seorang ceweq semuda aku. Dia mengaku hanya ML pada ceweq yang memang benar-benar ingin. Bukan pada ceweq yang terbawa suasana gembira seperti aku.

Aku jadi agak lega mendengar perkataan Martin yang terkesan 'bijaksana' itu. Memang aku masih sangat muda dibandingkan dirinya. Tiba-tiba aku sadar kalau aku telanjang bulat dihadapan Martin yang masih 'berpakaian'. Aku membalikkan tubuhku seraya menutupi buah dadaku. Mendadak aku merasa malu. Apa memang aku terbawa suasana sehingga melakukan tindakan seperti ini tanpa merasa malu sedikit pun? Bahkan aku mungkin akan membiarkan Martin menyetubuhi aku bila keadaan tadi dibiarkan. Wah, akal sehatku mulai terganggu nih!

Kemudian Martin memelukku dari belakang dan menciumi leher dan belakang telingaku. Aku jadi mulai terangsang lagi. Habis ciumannya benar-benar luar biasa! Begitu lembut dan menggairahkan. Dia menjilati punggungku dari atas sampai bawah. Bahkan kedua pantatkupun dijilati olehnya. Aku makin terangsang ketika tangannya menyusup kebalik tanganku dan memegang kedua payudaraku. Aku merasakan kenikmatan yang menghanyutkan. Ciuman dan remasan pada buah dadaku membuat diriku melayang-layang.

Martin ingin membuatku orgasme rupanya! Dia meraba-raba dan menggelitik vaginaku dengan pola gerakan yang aneh namun menghanyutkan. Aku merasa geli sampai tubuhku mengejang-ngejang. Dibanding Martin, Andrew kalah jauh. Martin bisa menggelitik vaginaku sambil mulutnya menciumi puting susuku bergantian. Benar-benar luar biasa!

Lalu Martin minta ijin mencium vaginaku. Tentu saja aku mengijinkan dengan senang hati. Aku duduk di atas wastafel dan kubuka kakiku lebar-lebar. Martin tampak kagum melihat posisiku saat ini. Matanya bersinar-sinar nakal. Dia melihati aku terus menerus dari atas ke bawah sampai aku merasa risih. Aku berpura-pura mengatupkan kakiku dan menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Dengan cepat Martin mencegah dan mulai mendekatkan mulutnya pada vaginaku. Hatiku berdebar-debar menantikan serangannya. Sedetik kemudian aku melenguh panjang sekali. Martin benar-benar hebat! Sangat hebat! Andrew tidak ada apa-apanya! Lidahnya menari-nari menjelajahi seluruh permukaan kemaluanku disertai kombinasi sedotan mulutnya yang kuat. Berbagai cara oral seks yang pernah kulihat di film BF dipraktekan pada kemaluanku. Membuat diriku tak berdaya menghadapi serangannya.

Tak lama kemudian aku orgasme. Aku terengah-engah dan menyandarkan diriku pada dinding kamar mandi. Tubuhku lemas sekali rasanya. Martin menggodaku dengan bertanya bagaimana rasanya orgasme. Aku tertegun sejenak mendengar pertanyaannya. Kemudian aku baru sadar kalau Martin tidak tahu aku sering peting dengan Andrew sampai orgasme. Dipikirnya ini pertama kali aku orgasme. Wah, Martin tampak sudah menunggu jawaban yang memuaskan dariku. Agar tidak mengecewakan Martin yang sudah berbangga hati dan berwajah 'pongah' dihadapanku, aku memuji-muji kehebatannya dalam memuaskan aku. Hihihi.

Kemudian Martin menggendongku dari meja wastafel. Tak kusangka Martin membawaku masuk ke dalam ruangan lagi! Padahal aku masih telanjang bulat! Aku meronta-ronta minta diturunkan. Namun Martin tetap menggendongku masuk sambil tertawa-tawa. Sialan Martin! Ada Sandy dan Ling di dalam. Mereka akan melihatku telanjang! Aku memalingkan wajah dan kusembunyikan dileher Martin. Aku merasa malu sekali! Namun aku juga merasa tegang. Tegang ingin tahu bagaimana reaksi Sandy melihat tubuhku yang telanjang ini.

Martin tertawa menyadari aku menyembunyikan wajah di lehernya. Dia masih menggendongku saat berkata untuk melihat Ling dan Sandy. Aku menengok kearah tempat duduk mereka dan terkejut melihat mereka. Ya ampun, Sandy dan Ling sedang ML di sofa! Meskipun lampu diredupkan, namun aku masih dapat melihat perbuatan mereka. Sandy duduk bertelanjang dada dengan celana sedikit melorot. Sedangkan Ling, dalam keadaan bertelanjang bulat dia menduduki penis Sandy sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun. Ling memejamkan mata sambil mendesah desah dengan keras. Sandy yang pandangannya ke arah kami tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Ling kemudian menoleh dan tersenyum sekilas pada kami, lalu kembali meneruskan gerakan pinggulnya.

Aku masih takjub melihat mereka yang bertindak seliar itu. Aku tak dapat mencegah mataku untuk melihat mereka terus. Aku belum pernah melihat orang ML secara nyata dihadapanku. Apalagi ini temanku sendiri. Aku jadi makin penasaran bagaimana rasanya kalau penis dimasukan ke vaginaku. Seenak itukah? Ling tampak merasakan kenikmatan yang luar biasa! Ling bahkan tidak merasa malu dilihat oleh kami sedang bersenggama.

Beberapa saat kemudian kudengar Ling orgasme dan disusul oleh Sandy. Aku lihat Ling lemas dan ambruk di pangkuan Sandy. Sandy pun juga merasa lemas dan goyangannya melambat kemudian terhenti sama sekali. Mereka berpelukan dan saling menggoda. Lalu tertawa cekikikan dan berciuman panjang. Mereka terlihat bahagiaa.. sekali. Membuat aku makin penasaran.

Martin menurunkan aku di sofa kemudian memberikan T-shirtnya untuk kupakai. Aku memakai T-shirtnya tanpa menggunakan bra dan celana dalamku. Aku pikir supaya mudah bila Martin ingin peting lagi. Lalu dia memberiku segelas kratingdaeng dingin. Badanku terasa segar saat minuman dingin itu membasahi tenggorokanku. Kemudian badanku sudah kembali bersemangat. Bahkan jauh lebih bersemangat dari yang tadi. Aku rasa aku mulai on. Martin mengajakku bangkit dan mulai goyang bersama. Martin sudah mulai tampak kencang. Aku pun juga mulai kencang. Lagu-lagu house music koleksi Sandy benar-benar hebat dan lengkap. Bahkan lagu terbaru favoritku I Hide U juga dimilikinya!

Ruangan yang semula sangat dingin berubah jadi panas. Meski aku berdiri tepat di bawah AC, aku tetap merasa kepanasan. Keningku mulai berpeluh. Aku rasa aku lebih kencang dari biasanya. Aku menggoyangkan kepala dan tubuhku sekeras mungkin sampai Martin takut aku salah urat. Mungkin benar mitos yang beredar bahwa triping jadi lebih enak setelah orgasme.

Kemudian Ling dan Sandy menyusul kami. Ling masih belum mengenakan pakaiannya sama sekali. Alasannya karena panas. Sandy dan Martin tertawa mengejek dan menggoda Ling. Sebab menurut mereka kalau hanya mereka bertiga biasanya Ling memang suka striptease. Aku agak salah tingkah ketika Sandy melihati tubuhku dengan pandangan nakal. Ada perasaan senang berdesir di hati saat Sandy memuji kecantikan wajahku dan keindahan tubuhku. Martin rupanya segera tanggap dan mengajak Sandy bertukar tempat.

Kini Sandy berada tepat dihadapanku. Aku agak sungkan karena belum pernah berpasangan dengan Sandy. Aku tersenyum semanis mungkin padanya untuk menghilangkan kekakuan. Lalu dia bertepuk tangan menyemangatiku agar aku menari semakin hot. Secara tak sadar aku menaikkan kedua tanganku dan memejamkan mata. Begitu mataku terbuka, aku sadar kalau Sandy sedang berjongkok dihadapanku sambil melihati kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa. Rupanya T-shirt Martin terangkat ketika aku mengangkat kedua tanganku.

Aku menjerit gemas melihat tingkahnya dan mulai mengejarnya. Sandy bangkit menghindari seranganku sambil tertawa-tawa. Suasana jadi cair seketika. Lalu Sandy memelukku agar aku tenang dan menghentikan seranganku padanya. Ternyata itu hanya akal-akalannya. Setelah aku sedikit tenang dalam pelukannya, Sandy meremas pantatku yang telanjang sampai aku menjerit lagi. Sialan benar! Sandy memang suka melecehkan aku. Habis aku digodanya malam itu. Aku memeluknya dengan sayang dan mencium kedua pipinya.

Aku masih agak sungkan pada Martin dan Ling kalau aku terlalu mesra pada Sandy. Bagaimana pun juga Sandy biasanya selalu bersama Ling, sedangkan Martin bersamaku. Namun begitu aku tahu Ling dan Martin malah sudah berciuman dan saling meremas-remas, aku jadi tidak merasa risih lagi. Aku jadi tidak berpikir apa-apa. Sambil triping, kupeluk tubuh Sandy dan kuciumi leher, pipi dan bibirnya. Sandy membalas sambil memelukku dengan mesra. Malam itu partner tripingku adalah Sandy.

Sempat kulihat Martin dan Ling masuk ke kamar mandi. Aku tahu mereka pasti melakukan 'itu' didalam. Namun aku tidak merasa cemburu. Bahkan aku sempat berpikir toh aku beruntung tidak perlu memuaskan Martin yang berarti kehilangan keperawananku. Egois juga aku ya?

Malam itu kami triping sampai jam 6 pagi. Aku habis dua setengah tablet inex plus beberapa shoot minuman. Ling teler berat di sofa. Dia minum terlalu banyak sampai badannya panas dan wajahnya merah. Sedangkan Martin masih sibuk menghabiskan minumannya sambil mengoceh tak karuan. Aku membantu Sandy mengenakan pakaian Ling yang tercecer dimana-mana. Sandy terlihat paling sadar diantara kami. Dia memang tidak terlalu suka minum. Akhirnya tinggal aku dan Sandy yang tidak bisa tidur sampai jam sepuluh pagi. Kami tidur-tiduran di kamar Sandy sambil ngobrol sampai akhirnya terlelap.

Itu terakhir kali aku triping sampai aku menulis cerita ini. Sungguh suatu perubahan baru dalam hidupku. Perubahan yang sangat mendadak. Rasanya sebulan yang lalu aku masih belum mengenal narkoba. Saat aku menulis ini, aku sudah triping kira-kira lima belas kali. Benar kata Ling, kita bukannya ketagihan inex seperti yang ditakutkan, namun ketagihan perasaan senang seperti itu lagi. Kesenangan saat berpesta bersama teman-teman dalam VIP room. Melihat tingkah laku teman-teman Ling yang lucu-lucu.

Perubahan yang paling menyolok adalah, aku jadi suka mengoleksi lagu-lagu house music. Beberapa kali aku ke pasar atom untuk berburu koleksi CD house music terbaru. Mamaku sempat bertanya, namun kuberi alasan untuk latihan aerobicku. Jadi mama tidak curiga lagi. Gaya berpakaianku juga berubah jadi makin modis dan seksi. Soalnya malu dong kalau ke KW diskotik menggunakan busana yang 'biasa-biasa' saja. Di sana tempat berkumpulnya anak muda Surabaya yang keren-keren. Kalau aku tidak tampil super trendy, bisa kalah pamor dong.

Saat ini aku masih senang-senangnya. Dalam seminggu aku bisa tiga sampai empat kali ke diskotik. Ada tiga tempat favoritku. Hari Sabtu pasti di KW diskotik, hari Minggu siang BO diskotik, kemudian K diskotik untuk hari-hari biasa.

Aku dan Ling tidak selalu triping bersama kelompok Sandy. Kadang kami ke KW diskotik bersama teman-teman sekolah Ling. Tapi tidak di VIP room. Melainkan di Hall berbaur bersama pengunjung lain yang rata-rata masih ABG. Ramai sekali memang. Tapi asyik. Kalau pas lagunya enak, semua akan mengangkat tangan dan berteriak bersama. Lalu goyang lagi. Wih, pokoknya seru habis! Apalagi bisa ngeceng sama cowoq-cowoq keren yang lagi triping. Mereka biasanya suka mengajak kenalan pada ceweq yang goyangnya keras. Dari KW aku jadi punya banyak kenalan baru. Sekarang aku punya banyak teman sehingga tidak kesepian lagi.

Kalau di BO diskotik, kami pergi bersama geng ceweq Ling yang tidak boleh keluar malam. Kami ke sana jam tiga sore, pulangnya jam sembilan malam. Sebenarnya aku kurang senang di sana meski pengunjungnya kebanyakan seusiaku. Soalnya tempatnya terlalu kecil dan kamar mandinya jorok.

K diskotik adalah tempat favorit kelompok Sandy. Kalau di K diskotik, aku malas berbaur dengan pengunjung lain. Sebab yang kesana rata-rata sudah dewasa. Bahkan ada yang sudah agak tua! Paling-paling aku hanya triping di dalam VIP room*dan tidak ke mana-mana. Sebab aku pernah bertemu teman papaku disana waktu aku jalan-jalan ke Hallnya. Untung dia tidak melihatku. Kalau papaku tahu aku disana bisa gawat! Malah Martin dengan santainya nyeletuk, bisa-bisa papaku juga sedang bersenang-senang di sana. Waduh, itu lebih gawat lagi!

Ling berjanji akan mengajakku ke Jakarta saat liburan akhir tahun ini. Aku akan diajak ke M diskotik. Diskotik paling ngetop di Jakarta. Aku pasti kagum melihat cowoq-cowoq keren disana. Ling sudah pernah kesana sekali saat menghadiri pesta pernikahan temannya. Dan dia benar-benar tidak bisa melupakan kehebatannya. Baik kehebatan suasananya, kemegahannya, audionya maupun pengunjungnya. Jadi, bikin penasaran saja.

Yang agak kusesali, aku jadi suka membohongi orang tuaku untuk pergi ke tempat-tempat dugem. Selama ini aku selalu memberi alasan menginap dirumah Ling. Aku tak tahu apakah bisa terus berbohong seperti ini. Jujur saja aku sungguh sangaat menikmati 'hobi' baruku ini. Namun kadang kala hati kecilku berontak ingin agar aku berhenti atau paling tidak mengurangi. Entahlah kita lihat saja kelanjutannya..

E N D
Read More | komentar

Dunia Gemerlap - 2

(by: cindy_martina@yahoo.com)

Dari bagian 1

Aku ditarik Ling menuju ke tengah teman-temannya. Kurasakan tangan Ling juga dingin sekali! Mereka tertawa dan menyemangati aku agar aku bergoyang. Aku tidak merasa malu sedikit pun meski aku baru mengenal mereka. Aku yang biasanya pemalu ini berubah seratus delapan puluh derajat! Aku merasa jadi superstar malam itu. Aku jadi bisa menari hingga membuat orang kagum atas diriku. Semakin keras goyanganku, semakin keras aplaus mereka. Tidak ada yang mampu menghentikan gerakanku. Badanku terasa gerah meskipun aku berada tepat di depan AC. Sedangkan mulutku terasa sangat kering sampai beberapa kali aku menghabiskan satu botol air mineral sekaligus. Aku goyang seperti orang kesurupan selama empat jam tanpa berhenti. Dan sama sekali tidak merasa lelah!

Martin mengajakku bergoyang bersama. Seharusnya aku menolak karena risih dipeluk oleh orang yang bukan pacarku. Namun malam itu aku merasa Marthn adalah pasanganku. Martin memelukku dari belakang dengan kedua tangannya yang kokoh. Aku menggoyangkan kepalaku ke kiri dan ke kanan seperti angin puyuh. Tubuh ini rasanya ringan sekali. Disuruh diam tidak bisa. Lagu house music yang biasanya menemaniku aerobic terdengar jadi luar biasa enak di telinga. Membuat aku ingin terus bergoyang mengikuti iramanya.

Ling dan Sandy menghampiriku dan menanyakan perasaanku. "Enak?" tanyanya. Kujawab dengan mantap, "Enak Ling! Awas kalau kamu kesini nggak ngajak aku lagi!" Ling dan Martin mentertawakan aku habis-habisan. Aku juga ikut tertawa. Rasanya bahagia banget malam itu. Aku merasa perasaan suntukku hilang semua larut dalam kegembiraan bersama teman-teman baru. Martin melingkarkan lengannya di bahuku dan bahu Ling. Sandy berbuat hal yang sama. Kami membentuk lingkaran kemudian berputar sambil melompat-lompat. Senang sekali rasanya.

Sayangnya kalau kita merasa senang, waktu akan berjalan demikian cepatnya. Tak terasa sudah pukul 5 pagi. Aku melihat kebawah dari balkon, pengunjung di hall sudah habis. Pengaruh inex pada kami semua juga mulai berkurang. Hanya beberapa orang termasuk aku dan Martin yang masih menggoyang-goyangkan kepala perlahan mengikuti irama music. Aku mulai merasa lemas. Dinginnya AC kembali terasa menusuk.

Ketika aku sudah benar-benar drop, Sandy menyalakan lampu VIP dan mengatakan kalau pesta sudah bubar. Semua orang bertepuk tangan seakan sadar kalau sudah saatnya pulang. Aku merasa geli juga melihat mereka berebutan menggunakan kamar mandi membetulkan pakaian maupun dandanan. Terutama para ceweqnya. Aku hanya bisa menebak dalam hati apa saja yang telah mereka lakukan dengan pasangannya masing-masing. Soalnya kulihat pakaian mereka acak-acakan semua. Bahkan beberapa dari mereka masih berciuman ketika lampunya dinyalakan.

Lalu tak disangka, mereka berebut menyalami aku dan menanyakan perasaanku setelah pertama kali triping. Ops.. Rupanya mereka tahu kalau aku pendatang baru. Meskipun agak malu, aku berusaha bersikap ramah pada mereka karena mereka adalah teman-teman Ling. Aku katakan bahwa aku sangat suka dan ingin ikut pesta lagi lain kali. Mereka tertawa-tawa mendengar jawabanku yang begitu jujur dan terus terang.

Teman-teman Ling sungguh menyenangkan. Meski umur mereka berkisar 24-25 tahun, namun mereka tidak membosankan. Aku pikir orang umur segitu akan mulai tampil serius dan menjemukan. Namun nyatanya mereka tidak seperti itu. Mereka suka bergurau dan melucu. Antar teman masih suka meledek dan saling mentertawakan. Tingkah laku mereka saat dugem seperti masih mahasiswa saja.

Selesai membereskan tagihan, kami saling berpamitan pulang. Martin dan Sandy mengantar kami kerumah Ling. Kali ini aku dan Ling duduk di bangku belakang. Aku baru merasa kalau tubuhku lemas. Rasanya ingin tiduran di tempat tidur. Kulihat dari jendela mobil hari mulai terang. Sudah pukul 5.30 ketika kami meninggalkan diskotik.

Selama perjalanan pulang hatiku campur aduk memikirkan diriku sendiri. Sungguh suatu ironi saat berpapasan dengan serombongan orang sedang joging di hari minggu pagi yang indah ini. Berpapasan dengan penjual sayur yang siap berkeliling menawarkan dagangannya. Berpapasan dengan orang-orang yang hendak beribadah ke gereja. Bandingkan dengan diriku yang jadi pengguna narkoba. Bersenang-senang hingga pagi hari. Berdandan seronok dan berpelukan mesra dengan cowoq yang bukan pacarku. Dikelilingi asap rokok dan gelas berisi minuman keras. Sungguh tragis! Aku agak menyesali keadaanku sekarang.

Namun penyesalan itu hanya datang sesaat saja. Detik berikutnya ketika Martin dan Sandy menceritakan tentang berbagai jenis inex dan efeknya, variasi cara meminumnya dan tempat-tempat yang asyik, aku jadi tergoda lagi. Aku antusias bertanya pada mereka tentang segala hal. Martin dan Sandy kelihatan senang akan rasa ketertarikanku dan berjanji akan mengajakku lagi. Menurut mereka, aku terlihat sangat gembira dan begitu antusias. Sehingga tidak rugi mereka menghabiskan banyak uang untukku.

Aku baru tahu kalau mereka punya kebiasaan tidak membebankan biaya apapun pada ceweq yang ikut pesta mereka. Bahkan mereka sesumbar pada Ling dan pada ceweq-ceweq lain kalau punya teman ceweq yang suka triping silahkan dibawa sebanyak apapun mereka. Pokoknya hanya ceweq. Tidak boleh membawa teman cowoq. Edan, pikirku! Emang dasar mata keranjang semua!

Mereka cowoq bertujuh memang suka bersenang-senang di diskotik. Minimal seminggu sekali menyewa VIP room. Kalau tidak minum ya triping sampai pagi. Persahabatan mereka juga sangat erat sebab mereka adalah teman sejak SD. Dari mereka bertujuh hanya dua orang yang sudah punya pacar sungguhan. Lainnya masih single.

Mereka bergantian membayar. Namun yang paling sering membayar adalah Martin dan Sandy. Dari kelakuan mereka bisa tampak siapa yang sering jadi bosnya. Martin adalah seorang pengusaha muda yang cukup berhasil. Di usiany` yang baru 25 tahun dia sudah memiliki rumah dan mobil sendiri. Sedangkan Sandy adalah anak orang kaya. Papanya memiliki beberapa perusahaan yang cukup untuk membiayai Sandy dan adik-adiknya sampai tua. Selain Sandy dan Martin, lainnya hanya pegawai swasta dan mahasiswa.

Sampai di rumah Ling, aku tidak bisa tidur meski badanku terasa lemas. Aku masih merasa kedinginan. Aku lihat Ling dengan santainya berganti pakaian, mencuci muka, sikat gigi dan membuat dua gelas susu. Ling menyuruhku untuk minum susu untuk menghilangkan pengaruh inex. Sehabis minum segelas susu panas badanku jadi terasa lebih enak. Namun aku masih tak bisa tidur sampai jam tujuh pagi.

Baru tidur dua jam, kira-kira jam sembilan aku sudah terjaga. Mataku terbuka lebar seperti habis tidur dua belas jam. Kulihat Ling juga sudah bangun. Ling memberiku air kelapa muda. Aku menurut saja apa yang Ling berikan padaku. Aku merasa badanku lemas ingin tidur, namun mataku tetap terbuka lebar. Aku juga tidak merasa lapar. Biasanya jam setengah tujuh pagi aku sarapan. Sekarang sudah jam sepuluh tapi belum terasa lapar sedikit pun. Akhirnya tengah hari kupaksa makan meskipun sedikit. Aku baru tahu kalau sehabis menelan inex, jadi sulit tidur dan tidak mudah lapar. Ditambah satu lagi, panas dalam! Bibirku pecah-pecah dan tanggorokanku kering. Aku langsung minum obat panas dalam dan minum air putih sebanyak-banyaknya.

Selama seharian aku dan Ling yang sama-sama kurang tidur membahas tentang inex, dunia malam dan perilaku kelompok Ling. Aku baru tahu kalau inex itu sebenarnya obat diet. Dapat mengurangi napsu makan namun penggunanya tidak akan merasa lelah. Jadi memberi efek semacam doping. Tetapi bila dikonsumsi melebihi dosisnya bisa menimbulkan rasa senang dan gairah yang berlebihan. Selama inex masih berpengaruh, kita bisa terus triping tanpa lelah meskipun sebenarnya sudah melampaui batas kemampuan tubuh kita. Saat pengaruh obat itu hilang, kita baru merasakan kelelahan yang luar biasa!

Sebagai perbandingan, aku aerobic satu jam saja sudah cukup lelah. Bila diberi setengah tablet inex, aku bisa bergoyang selama kurang lebih empat jam tanpa henti. Itu berarti aku melampaui batas kemampuanku sendiri tiga kali lipat. Ling pernah bercerita bahwa temannya pernah over dosis akibat seminggu berturut-turut triping dengan dosis maksimum! Untung nyawanya bisa diselamatkan. Benar-benar edan!

Pergaulan Ling dengan teman-temannya cenderung agak bebas. Mereka biasa berganti-ganti pacar sesuka mereka. Sandy adalah pacar Ling saat dugem. Diluar jam dugem, Ling berhak pacaran dengan cowoq lain. Begitu juga Sandy. Hal seperti itu sudah biasa dalam kelompok dugem mereka. Tidak ada ikatan maupun hubungan serius selama di tempat dugem. Dalam diskotik Ling dan Sandy bisa berpelukan, berciuman dan bahkan 'making love' kalau mau. Menurut Ling, mereka pernah ML di VIP room K diskotik. Di sana VIP roomnya lebih mewah dan disediakan bathup untuk mandi.

Aku bertanya pada Ling, apakah tidak menyesal setelah itu. Lalu Ling bercerita sambil tersenyum malu. Setelah ML, semalaman Ling memang menangis sampai matanya sembab dan suaranya habis. Namun besoknya saat Sandy datang menghibur, merayunya habis-habisan, dan akhirnya mengajak bersetubuh lagi dengan gaya yang berbeda-beda, penyesalan itu mendadak hilang dengan sendirinya. Sejak saat itu, Sandy menjadi partner ML tetap Ling. Apalagi menurut Ling, dia adalah ceweq yang hyper dan mudah terangsang. Kalau lagi kepingin, dia akan menelpon Sandy agar menginap di rumahnya. Kini dia sudah tidak ambil pusing dengan keperawanannya. Aku tertawa mendengar gaya ceritanya yang santai. Ling berkata padaku agar aku tidak meniru jejaknya dan mempertahankan keperawananku selama aku belum dewasa.

Aku agak trenyuh melihat sahabatku ini. Diusianya yang masih semuda ini dia sudah kehilangan keperaw`nannya dan menjadi pengguna narkoba. Sekarang sudah lumayan hanya satu jenis yang digunakan. Dari ceritanya dia telah menggunakan SS, ptw, BS dan lainnya sejak kelas dua SMP!

Malam itu penyesalan dan keprihatinan boleh datang. Malam-malam berikutnya kami jadi semakin liar. Aku sudah tidak ambil pusing dengan segala efek samping yang diakibatkan. Aku berangkat seminggu empat kali. Sabtu berangkat, minggu berangkat lagi, lalu selasa, lalu jumat, sabtu lagi dan seterusnya. Aku menaikkan dosis inex menjadi satu tablet.

Aku dan Martin juga semakin liar. Aku sudah lupa dengan Andrew yang masih sibuk berkutat di Jakarta mengurus kepindahannya ke Amerika. Suatu malam kami berempat merencanakan untuk triping di rumah Sandy. Sandy memiliki ruang kedap suara yang didesign mirip VIP room di basement rumahnya. Lengkap dengan mini bar dan meja bilyard. Aku takjub saat melihat sendiri kemewahan 'VIP room'nya. Wah, Sandy benar-benar anak orang kaya pikirku.

Ini pertama kali aku diajak triping bukan di diskotik. Kami mulai sejak pukul delapan malam. Setelah makan malam, kami berkaraoke sejenak sambil minum-minum. Aku sudah mulai bisa minum minuman keras. Padahal dulu aku mencium baunya saja sudah tidak tahan. Tapi sejak aku mengenal dugem, aku mulai bisa minum meski tidak sekuat Ling. Terus terang saja, dibanding mabuk, aku lebih suka triping. Kalau mabuk akibatnya pusing dan besoknya lupa kesenangan apa yang kita alami. Kalau triping, pulangnya aku akan membawa kesenangan yang jauh lebih mengasyikan.

Aku sudah tidak tahan ingin segera triping. Aku paksa mereka mulai sekarang. Awalnya mereka keberatan karena masih terlalu pagi. Namun melihat aku mulai cemberut dan diam saja, mereka menuruti aku. Aku memang anggota baru yang paling disayang oleh mereka. Keinginanku biasanya selalu dituruti. Karena malam masih sangat panjang, maka aku minum satu dulu. Setelah lewat tengah malam baru aku tambah lagi setengah.

Sebagai pemanasan menunggu on, aku bermesraan dengan Martin sambil berdansa pelan. Malam ini Martin terlihat romantis sekali. Berkali-kali dia memuji kecantikanku dan kebaikanku. Kubiarkan Martin bermanja-manja padaku. Kusuapi dengan buah-buahan, kutuangkan minuman, kunyalakan rokoknya. Bahkan kubiarkan dia meraba-raba tubuhku.

Martin memulainya dengan memelukku dari belakang dan mengelus-elus bagian dalam pahaku. Rasanya geli sekali! Kemudian dia meraba perut dan dadaku. Aku memang sengaja diam saja. Martin tampak seperti menikmati setiap inci permukaan kulitku yang disentuhnya. Aku diperlakukan dengan sangat lembut. Dia tidak meremas-remas payudaraku seperti yang sering dilakukan Andrew kalau sedang gemas. Dia hanya menyentuh dan mengelus buah dadaku dengan perlahan. Aku memejamkan mata menikmati belaian tangannya. Begitu panas membara.

Rupanya aku dan Martin terlalu banyak minum minuman beralkohol. Aku merasa wajahku panas dan kepalaku agak pusing. Lalu kami berciuman lamaa.. sekali sampai aku jadi terangsang. Aku sudah lama tidak orgasme. Keromatisan dan kelembutan Martin saat itu membuat diriku terlena.

Ketika Martin minta aku membuka pakaianku, entah kenapa, aku menurutinya. Aku begitu ingin membahagiakan dirinya dengan menuruti permintaanya. Aku membuka atasanku dan kukalungkan di lehernya. Lalu aku duduk di pangkuannya. Kuperlihatkan dadaku yang terbungkus bra coklat muda tepat didepan wajahnya. Martin menatap kedua payudaraku dan menciumnya sekilas. Aku tergelitik untuk menggodanya lebih lanjut. Kuturunkan celana jeansku perlahan-lahan sambil menggoyangkan pinggulku. Martin ternganga melihat pinggulku yang terbungkus triumph mini coklat transparan bergoyang goyang dihadapannya. Aku berputar membelakanginya lalu nungging. Kugerakkan perlahan pantatku ke kiri dan ke kanan tepat didepan wajahnya. Martin memegang pantatku dan menciumnya bergantian.

Sandy bertepuk tangan dari seberang ruangan dan menantang agar Ling turut membuka pakaiannya. Ling tidak mau kalah, dia membuka baju dan celananya sekaligus lalu duduk di pangkuan Sandy. Wah, pasti akan terjadi peperangan dashyat! Aku sudah sering melihat kelakuan liar mereka berdua saat on berat. Maka aku mengajak Martin ke kamar mandi agar kami bisa lebih leluasa.

Dalam kamar mandi itu, kami berciuman dengan hangat. Martin memelukku dan tangannya melepas kait braku. Aku agak malu dan menahan agar braku tidak melorot. Tapi Martin tidak menyerah. Dengan nakalnya dia malah menurunkan celana dalamku sampai bawah. Aku ingin menahan dengan tanganku tapi kalah cepat. Aku memukul bahunya dengan gemas lalu tertawa. Aku tidak merasa malu. Aku malah penasaran ingin tahu reaksi Martin ketika melihatku telanjang. Martin memandangi tubuhku dengan takjub. Ini pertama kali dia melihat seluruh tubuhku tanpa pakaian sehelai pun. Aku jadi semakin berani dan liar dipandangi seperti itu. Kubuka T-shirt Martin dan kuraba tubuhnya yang kekar. Kuelus wajahnya dan kucium mulutnya dengan ganas.

Ke bagian 3
Read More | komentar

Dunia Gemerlap - 1

(by: cindy_martina@yahoo.com)

Namaku Tina, usia 15 tahun. Aku tinggal di Surabaya, salah satu kota besar di Indonesia yang padat penduduknya. Aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Papaku seorang pengusaha yang bergerak di bidang jual beli hasil bumi. Sedangkan mamaku seorang aktivis beberapa organisasi sosial. Aku juga punya seorang kakak perempuan yang kini sedang menyelesaikan studinya di luar negeri.

Sebenarnya hidupku berjalan seperti biasa selama ini. Aku pergi ke sekolah tiap hari. Kemudian pulang sekolah, Andrew pacarku, selalu menemaniku sampai sore. Banyak yang bisa kami lakukan. Main video game, membaca komik, membuat PR atau hanya sekedar ngobrol. Pada malam hari, kami sekeluarga berkumpul bersama. Setelah makan malam, biasanya kami nonton TV dan saling bertukar cerita tentang kegiatan kami seharian. Pokoknya aku cukup bahagia dengan keadaan keluargaku saat itu.

Namun semuanya menjadi berubah sejak aku mengenal narkoba. Aku tak tahu apakah ini perubahan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Terus terang aku sangat menikmati gaya hidupku yang baru ini. Aku jadi lebih bahagia, lebih ceria, dan lebih bersemangat. Aku jadi menemukan diriku yang baru. Diriku yang sama sekali berbeda. Tidak ada lagi Tina yang pendiam dan pemalu. Yang ada sekarang adalah Tina yang ceria dan memiliki banyak teman.

Semua ini berawal dari rasa kesepianku dirumah waktu selesai ujian nasional. Tidak biasanya aku kesepian seperti ini. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan. Bangun pagi menganggur. Siang juga menganggur. Tidak ada yang menemaniku.

Orang tuaku baru pulang malam hari. Andrew dan keluarganya masih di Jakarta berlibur sekaligus mengurus kepindahan Andrew ke Amerika. Teman-temanku pada menghilang semua. Ada yang ke luar kota, ada yang pergi sama pacarnya. Pokoknya menyebalkan sekali. Dulu waktu aku dan kakakku masih kecil, mamaku jarang sekali keluar. Tapi sejak aku lulus SD, mamaku mulai aktif dalam suatu organisasi kerohanian. Lama kelamaan, mamaku makin aktif dan terpilih sebagai pengurus organisasi tersebut. Saat ini tidak hanya satu organisasi yang diurusnya, melainkan berkembang menjadi tiga! Saking repotnya, kadang-kadang mamaku sampai menginap di kantor organisasinya.

Aku biasanya bisa maklum dengan kegiatannya yang bejibun seperti itu. Tapi saat ini aku lagi sebal sendirian di rumah. Masak aku harus diam di rumah saja melewati hari-hari liburanku ini. Apalagi setelah Andrew memberi kabar kalau visanya diterima kedutaan Amerika. Serasa dunia ini mau kiamat! Aku akan berpisah dengan Andrew minimal selama dua setengah tahun. Itupun kalau selepas high school dia balik ke Indonesia. Kalau meneruskan kuliah di universitas sana, yaah..

Saat aku kesepian dan suntuk, aku bertemu Ling sahabat lamaku. Mama Ling adalah sahabat baik mamaku. Itu sebabnya sejak kecil aku sudah berteman dengannya meski kami beda usia. Ling lebih tua setahun dariku. Iseng-iseng aku menelponnya dan kami ngobrol berjam-jam. Lalu Ling mengajakku untuk menginap di rumahnya. Aku sih setuju saja. Kupikir tak ada tawaran lain yang lebih menyenangkan saat ini. Maka Ling kuundang datang ke rumahku saat makan malam.

Saat makan malam bersama itulah aku mengutarakan keinginanku untuk menginap di rumah Ling sampai mulai masuk sekolah. Semula orang tuaku tidak setuju aku menginap selama itu. Tapi mereka tak berkutik setelah mendengar protesku bahwa aku kesepian di rumah sepanjang hari. Akhirnya mereka mengabulkan keinginanku tapi dengan syarat bahwa hari Minggu aku harus pulang ke rumah.

Aku segera mengemasi pakaian dan keperluanku dibantu oleh Ling. Ling berbisik menyuruhku untuk membawa beberapa pakaian yang bagus untuk dugem. Wah, Ling mau mengajakku dugem! Aku belum pernah dugem sebelumnya. Sebab orang tuaku tak akan mengijinkan aku pulang lebih dari pukul sepuluh malam. Aku jadi tambah panik menanyakan baju yang bagaimana yang pantas dikenakan. Lalu Ling memberi beberapa saran yang segera kupatuhi. Segera kumasukan semua pakaian ke dalam koperku beserta peralatan kosmetikku.

Mama dan papaku memberiku uang saku cukup banyak untuk menginap sebulan di rumah Ling. Mereka memberi kami nasehat agar hati-hati menjaga kesehatan dan jangan pulang terlalu malam. Setelah berpamitan, kami segera berangkat menuju rumah Ling.

Rumah Ling terasa sangat sepi. Rumah yang cukup besar ini hanya ditempati Ling dan dua orang pembantu. Orang tua dan adik-adik Ling masih di kota asalnya. Perlahan-lahan mereka akan pindah ke Surabaya. Dimulai dengan kepindahan Ling setelah lulus SD, setelah itu baru akan disusul oleh adik-adiknya. Pada awalnya orang tua Ling sering sekali datang ke Surabaya untuk menengok Ling. Namun lama kelamaan semakin jarang frekuensinya. Saat ini orang tua Ling hanya datang sebulan sekali atau pada saat adik-adik Ling liburan sekolah. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kesepiannya Ling sendirian di sini.

Malam itu kami hanya saling curhat untuk memuaskan rasa kesepian kami selama ini. Aku sangat percaya pada Ling. Aku merasa aman membicarakan segala rahasiaku padanya. Kami ngobrol panjang lebar tentang semua hal. Termasuk tentang perilaku seksku dengan Andrew yang agak kelewatan.

Aku bercerita padanya kalau aku sering peting dengan Andrew saat ortuku tidak ada. Mulai cium peluk, raba-raba sampai oral sex. Aku juga pernah mandi berdua dengan Andrew. Bahkan saat mandi berdua kita saling melakukan oral sex bergantian. Tapi meski bagaimanapun hebatnya rangsangan yang kualami, aku tetap mempertahankan keperawananku.

Ceritaku yang mengalir deras membuat Ling terkejut dan tak bisa bicara apa-apa. Seakan tidak percaya aku yang selalu alim dan pendiam di sekolah bisa seliar itu dengan Andrew. Aku malu sekali saat Ling mentertawakan aku habis-habisan. Berkali-kali dia mengatakan bahwa dia tidak bisa percaya aku melakukannya.

Akhirnya setelah puas mentertawakan aku, Ling juga membuka sebuah rahasia yang tidak kalah mengagetkan. Ling adalah pengguna narkoba! Hampir semua jenis narkoba pernah dicoba. Aku melongo mendengar cerita yang mengalir begitu saja dari mulutnya. Aku kaget sekali! Aku bergidik ngeri mendengar ceritanya saat dia sakauw. Bahkan Ling pernah sakauw di kamar mandi sekolah. Untung Ling bisa mengendalikan diri dan perlahan-lahan mulai mengurangi dosisnya. Sekarang Ling sudah berhenti total menggunakan SS.

Yang mengenalkan Ling pada narkoba adalah teman se'geng'nya disekolah. Memang sekolah Ling saat ini adalah sekolah yang terkenal borjuis. Tempat sekolah anak-anak orang kaya namun kurang berminat dalam pelajaran. Datang ke sekolah dengan mobil mewah, pulang langsung ke Mall, dan malamnya dugem. Apalagi gedung SMP dan SMUnya berdekatan dalam satu blok. Sehingga banyak anak SMP yang dirusak oleh anak SMU. Kupikir Ling ini adalah salah satu korbannya.

Ling mengaku, saat ini dia sudah berhenti menggunakan yang lain kecuali ekstasi atau yang biasa disebut inex. Soalnya inex paling aman karena tidak membuat penggunanya ketagihan dan efeknya paling ringan dari semua jenis narkoba. Ling berkata, pokoknya aku harus mencoba. Sebab di dunia ini tidak ada yang bisa mengalahkan kenikmatannya. Aku menasehatinya agar berhati-hati menggunakan narkoba. Kalau bisa berhentilah menggunakannya. Sebab seringan-ringannya narkoba, pasti memberi pengaruh buruk pada tubuh. Malam itu memang aku menasehatinya agar menjauhi narkoba. Malam berikutnya setelah aku dikenalkan dengan inex, gantian aku yang ketagihan.

Masih segar dalam ingatanku, saat itu malam minggu ketika kami berdua ke KW diskotik bersama dua teman cowoq Ling. Namanya Sandy dan Martin. Rasanya Sandy dan Ling saling menyukai. Buktinya Ling duduk di sebelah Sandy, sedangkan aku disuruh duduk di belakang bersama Martin. Aku tak tahu dari mana Ling mengenal mereka. Yang jelas, mereka jauh lebih tua dari kami berdua. Sandy berumur 24 tahun sedangkan Martin berumur 25 tahun. Sandy bertubuh kurus dan tingginya sekitar 170cm. Rambutnya yang hi-light merah diset kaku berdiri. Orangnya ramah dan suka bergurau. Martin lebih tinggi sedikit dari Sandy. Badannya kekar dan wajahnya keras. Kalau belum kenal dia sering diam saja. Tapi kalau sudah kenal, wah.. lucu sekali. Lebih ramai daripada Sandy! Dia suka membuat lelucon dan kalau tertawa keras sekali. Pokoknya mereka berdua sangat mengasyikan sebagai teman.

Ketika sampai di tujuan, aku tidak bisa menutupi rasa kagumku. Mulai dari area parkir, aku melihat begitu panjang antrean mobil membeli karcis parkir. Begitu hebatnya daya tarik tempat ini? Aku belum pernah dugem sama sekali sebelumnya. Bila ada orang tanya padaku bagaimana kesannya? Waah luar biasa! Sangat luar biasa! Aku sampai melongo takjup melihat suasana yang sama sekali asing bagiku. Aku melihat banyak cowoq dan ceweq keren, berpakaian trendi, berdandan modis dan seksi, mengendarai mobil-mobil mewah. Mereka menggunakan segala macam pakaian, aksesoris dan model rambut yang sedang ngetren saat ini. Cool banget! Mengingatkan aku pada para pemain serial Meteor Garden. Aku jadi menyesal tidak menggunakan pakaianku yang paling canggih. Tak henti-hentinya aku melihat dandananku sendiri. Apakah sudah setara dengan mereka?

Dulu aku pikir pengunjung diskotik atau club adalah orang-orang yang sudah dewasa. Tapi saat ini kulihat jauh lebih banyak generasi mudanya daripada orang dewasanya. Aku hanya beberapa kali melihat orang yang bertampang om-om atau Tante-Tante di sana.

Masuk kedalam aku lebih kaget lagi. Aku tak bisa melihat apa-apa. Semuanya gelap! Hanya lampu disko yang berkilauan sedikit demi sedikit memperjelas pandanganku. Aku hanya mengikuti Martin yang menggandeng tanganku. Setelah mataku terbiasa dengan kegelapan, aku mulai dapat melihat sekelilingku meskipun remang-remang. Saat itu mendekati pukul 23.00. Pengunjung mulai memadati KW diskotik. Aku bingung kita mau duduk dimana. Ternyata kami menuju ke VIP room.

Rupanya nama Martin dan Sandy sudah cukup dikenal disana. Begitu kami masuk, kulihat beberapa pegawai berjas menyapa dan menyalami mereka dengan akrab. Kami langsung diantar ke VIP yang telah dipesan. Menurut Ling, Martin dan Sandy adalah member yang sangat istimewa. Mereka sudah terlalu banyak menghabiskan uang di KW. Oleh karena itu, para manajer dan pegawai disana begitu hormat pada mereka.

Di dalam VIP room sudah menunggu teman-teman Ling yang lain. Kuperkirakan ada lima belas orang di dalam. Dalam sekejap kami terseret dalam keramaian. Bising sekali suara lagu house music ditambah suara teman-teman Ling yang saling bergurau dan tertawa. Aku dikenalkan satu persatu dengan mereka, namun aku tidak bisa mendengar nama-nama mereka dengan jelas.

Aku diam saja di sofa melihat tingkah polah teman Ling yang tampak begitu gembira. Mereka bergoyang mengikuti dentuman bass lagu house music sambil merokok dan minum minuman keras. Ada yang menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ada yang berlenggak lenggok seperti penari India. Bahkan ada yang melompat-lompat terus sambil berteriak bagaikan penyanyi rock. Gerakan mereka tampak tidak wajar dan terlalu berlebihan. Aku pikir apa mereka tidak lelah bergerak seperti itu?

Lampu dalam VIP room yang diredupkan membuat aku tak dapat melihat sekeliling dengan jelas. Tiba-tiba Ling mendekat dan duduk disebelahku. Dia memberi sesuatu dalam genggamanku sambil berkata menenangkan aku kalau 'ini' tidak berbahaya dan akan membuatku senang. Pokoknya aku harus menelannya. Sebuah kalimat dari Ling yang masih kuingat adalah, "Kamu harus percaya padaku" Lalu Ling meninggalkan aku dan bergabung dengan teman-temannya untuk bergembira bersama.

Aku bingung dan ragu menggenggam setengah butir pil ajaib ini. Berbagai pikiran dan pertanyaan melintas dalam benakku. Aku pernah dengar tentang inex. Obat doping untuk triping, atau yang di Surabaya disebut nggedek. Amankah? Kalau aku sampai ketagihan gimana? Adakah efeknya yang merugikan tubuh? Aku belum pernah menggunakan narkoba jenis apapun! Masak aku harus merusak diri? Namun Ling mengatakan kalau ini aman-aman saja? Bagaimana ini?

Di saat aku bimbang memegang benda merah muda setengah lingkaran ditanganku, Martin mendekat dan duduk disebelahku. Martin memberiku advise kalau aku tidak mau tidak usah ditelan. Namun dia menyarankan sebaiknya dicoba, soalnya inex tidak akan membuat penggunanya ketagihan. Apalagi dengan dosis serendah itu tidak akan menimbulkan efek yang merugikan. Martin terus menenangkan diriku dengan menjelaskan bahwa inex tidak berbahaya.

Akhirnya aku memutuskan untuk meminumnya. Dalam pikiranku, kalau aku mengalami sesuatu yang merugikan, aku tidak akan ikut Ling dugem lagi. Aku pasti kapok dan menjauhinya. Entah itu keputusanku yang benar atau salah. Yang jelas, efek yang ditimbulkan sungguh luar biasa! Aku sendiri sampai kagum dengan kehebatannya. Awalnya aku hanya duduk diam menunggu diriku on selama setengah jam. Beberapa kali teman-teman Ling mengajak aku bangkit dan berdisko bersama mereka. Aku cuma tersenyum dan menggelengkan kepala. Aku sudah cukup senang melihat mereka bergembira bersama.

Perlahan-lahan tanpa kusadari, inex yang kutelan mulai mempengaruhi tubuhku. Pertama kali hanya kepalaku yang bergoyang-goyang mengikuti irama lagu house music. Goyangannya masih samar-samar sehingga aku tidak menyadari kalau itu sudah mulai on. Lalu secara tak sadar badanku mulai ikut bergoyang kekiri dan kekanan. Lagu-lagu yang diputar terasa makin asyik diikuti. Yang terakhir kakiku melonjak-lonjak sendiri. Semua anggota tubuhku bergoyang tanpa kuperintah. Aku jadi tidak bisa duduk dengan tenang. Aku pernah membaca tentang ekstasi dan efek yang ditumbulkannya di majalah dan surat kabar. Aku jadi agak penasaran ingin membuktikan sendiri.

Aku berdiri dari dudukku. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam benakku. Inikah rasanya? tanyaku dalam hati. Badanku bergetar hebat! Aku hampir tak bisa menahan keinginanku untuk menggoyangkan anggota tubuhku! Lalu sambil bergetar aku berjalan menuju Ling dan teman-temannya. Terlihat mereka semua tampak gembira dan bahagia sekali. Mereka tertawa lepas dan saling mengadu kehebatan gaya disko mereka. Mendadak aku merasa hatiku turut senang melihat kegembiraan teman-teman yang lain. Sangaat senang!

Saat aku berjalan, angin dari blower AC menerpa diriku. Membuat aku makin merasa bersemangat. Tak sadar aku pun ikut bergoyang. Goyanganku sungguh beda dengan biasanya. Aku jadi pingin menggerakkan kepala, tangan, badan dan kaki bersamaan! Aneh sekali! kalau kucoba kuhentikan, malah tidak bisa. Telapak tanganku terasa dingin sekali sampai kaku semua. Ling memberiku permen karet untuk mencegah rahangku mengerat. Aku baru sadar kalau gigiku mengatup rapat sampai rahangku terasa sakit.

Ke bagian 2
Read More | komentar

Pengalaman Pertamaku dengan Nina

(by: a.pujakesuma@gmail.com)

Sebut saja aku arif,aku 18 tahun sekarang dan pengalaman pertamaku terjadi sekitar bulan juni lalu waktu itu adalah masa2 menegangkan dimana aku sedang menunggu hasil ujianku.Aku mempunyai seorang pacar sebut saja nina,kami saling kenal karena pamanku dan bibinya menikah,jadi sebenarnya kami masih terhitung saudara,aku dan nina menjadi begitu akrab setelah pernikahan pamanku bahkan sudah seperti sepasang kekasih tapi diantara kami masih belum ada ikatan, hingga akhirnya dia yang menembakku tepat 1minggu sebelum dia berangkat ke tempat karantina,karna dia ingin pergi bekerja ke luar negeri.

Aku selalu datang ke tempatnya setiap ada waktu,dan kami tetap berkomunikasi walau hanya melalui telepon genggam, hanya pada saat hari minggu saja kami bisa jalan bersama.Berawal dari jalan2 ke tempat yang dipilihnya, yang ternyata menjadi tempat pilihan para pasangan yang ingin mendapatkan kebebasan inilah aku mulai berani merealisasikan khayalanku tentang seorang wanita, bagaimana tidak 1hal yang q takutkan akan merenggangkan hubungan kami seperti penolakan sama sekali tidak ia perlihatkan, bahkan dialah yang menuntun tanganku untuk menjamah payudaranya, mengajari bibirku agar lincah bercumbu dan menarik lidahku agar merogoh kerongkongannya setelah "insiden" ditempat itu obrolan kami baik langsung maupun melalui telepon selalu mengarah ke hubungan sex. Sangat terasa kekecewaanku saat begitu banyak rencana yang telah ku siapkan gagal karna dia akan dikunjungi keluarganya.Saat malam senin aku hanya melamun membayangkan ide2 gilaku yang tak terwujud,sampai akhirnya sebuah sms membangunkanku dari lamunanku, ya itu Nina.

"mas(begitu caranya memanggilku)besok aku pulang karna akan ada razia di tempat karantina,mas bisa datang kerumah kan?" ya pada saat itu gadis dibawah 20 tahun memang tidak di perbolehkan berada di karantina, maka dg hati gembira aku menjawab. "tentu saja".

Singkat cerita q dan nina selalu bersama d saat ia di rumah, hingga akhirnya aku harus mengantarnya kembali saat ia harus kembali ketempat karantina,waktu itu selepas magrib aku dan nina berangkat kekarantina menggunakan motorku sepanjang jalan ia terus berkata bahwa ia masih merindukan keluarganya dan benar saja, ketika kami hampir sampai di tempat karantina dia menangis,karna tak tega maka aku memintakan izin untuk nina berlibur 1hari lagi, akhirnya kami kembali ketika kami hampir sampai dia kembali menangis "sebenarnya aku masih kangen sama kamu mas" katanya, karna merasa di permainkan akupun marah dan berkata "baiklah puaskan kangenmu dan kita pulang"

Berkali2 dia minta maaf karna dia tahu aku marah hingga akhirnya akupun terlarut dalam svasana dan akhirnya kami berhenti di tengah jalan dan saling melepas rindu.
Hingga akhirnya aku tersadar bahwa waktu menunjukkan pukul 23.00 di saat itu aku benar2 bingung kemana aku harus membawanya hingga akhirnya terbesitlah pikiran bejatku,ku bawa dia kerumahku yang memang sepi karna hanya di huni 4 orang aku,adik perempuanku, pamanku serta istrinya yang sebenarnya adalah bibi nina.

Dengan perasaan was2 kubawa nina ke kamarku di lantai 2 sedangkan pamanku dan istrinya berada di ruang tengah. Sampai di kamarku terbesitlah pikiran jahat ku untuk memperkosanya toh,sepertinya dia memberiku peluang itu. Tapi pikiran itu terkalahkan oleh ketakutanku akan teriakannya yang pasti akan mengundang pamanku. Akhirnya aku memaksakan diri untuk terpejam walaupun emosi dan gelora seks ku membara, hingga akhirnya kurasakan hembusan nafas di leherku walaupun kaget tapi aku mencoba untuk tetap tenang,tanpa sepatah katapun keluar kurasakan tangannya membelai2 rambutku dan turun ke wajahku lalu dadaku yang masih terbungkus kaos dan selangkanganku yang masih bahkan makin tegang, kurasa dia tahu bahwa aku hanya pura2 tidur, tanpa membuka mata kurasakan payudaranya menindih dadaku,badannyapun berada di atas badanku dengan lembut ia mencium dahiku kedua pipiku dan akhirnya bibirku, saat itu aku merasa bahwa nafasku sudah tak lagi stabil dan pasti dia sudah menyadarinya maka kubuka mataku dan tanpa berkata akupun melumat bibirnya cukup lama kami berpagutan hingga saat tersadar kami sudah tak lagi memakai pakaian kami sudah telanjang langsung saja kuremas dan kukulum payudaranya kurasa ia mendesis tapi dia menahannya yang kudengar hanya nafas yang memburu keluar dari mulutnya, langsung saja kubuka kedua pahanya yang mulus dan kulakukan hal yang selama ini ku khayalkan. kujilati, kusedot kemaluannya dengan ganas hanya suara kecipak yang terdengar dan akupun merasakan cairan yang agak asin tapi tak lagi ku pedulikan,hingga akupun ingin merasakan kemaluanku dikulum saat kusodorkan "milik"ku entah karna begitu bernafsu atau apalah nina menarik kemaluanku dengan kasar hingga aku mengaduh dia minta maaf dan mulai mengulum kemaluanku sebenarnya aku menyukainya, tapi aku sudah tak tahan ingin merasakan kemaluannya maka kutarik dan kuarahkan milikku ke kemaluannya tapi aku sempat bertanya "bolehkah?"

Dia tak menjawab dan hanya mengangguk,akhirnya ku mulai mencoba memasukkan milikku tapi aku cukup kesulitan mencari lubang itu, hingga akhirnya tangannya bergerak menggapai kemaluanku dan membimbingku ke arah yang benar dan seketika itu juga aku mengetahui bahwa ia tak lagi perawan. Tapi ia sempat mengaduh pelan dan meringis ketika milikku masuk seluruhnya, akhirnya kudiamkan milikku didalam kemalvannya beberapa saat, yang ku tahu kemaluan wanita membutuhkan waktu untuk beradaptasi.
Read More | komentar

Tergoda Keperkasaan Kakak Iparku

(by: Kinta)

Tak sedikitpun yang terbersik untuk menyakiti Kak Dian (samaran) kakak kandungku sendiri. Aku hanya tak kuasa melawan godaan seks dari Mas Ferry (samaran), suaminya, sehingga kami terlibat hubungan seksual yang begitu jauh. Kakak Ipar ku itu telah merenggut kegadisanku. Dan aku menjadi terbuai dan tergoda oleh Ipar ku yang perkasa itu.

Cerita seks ku ini dimulai ketika aku tinggal di rumah kak Dian setelah pembantunya memutuskan untuk berhenti bekerja di rumah itu. Sejak saat itu, kak Dian kelihatan kewalahan mengurusi rumahnya, manalagi harus mengurusi suami dan kedua orang anaknya yang masih kecil. Karena itu, aku menawarkan diri untuk tinggal bersamanya. Hitung - hitung aku bisa meringankan bebannya.

Tawaranku disambut baik kak Dian, di malah sangat bersyukur aku mau tinggal bersamanya, mengurus anak-anak, dan membereskan rumah.

Aku sendiri sudah setahun lebih menganggur. Setelah lulus sarjana tahun 2003 yang lalu, aku hanya menghabiskan waktuku di rumah. Aku memang tidak pernah berusaha mencari kerja, karena aku pikir aku anak perempuan dan akhirnya akan mengurusi rumah tangga dan suami kelak. Di rumah kak Dian aku juga bisa menghibur diri. Semua fasilitas lengkap. Kala kak Dian dan suaminya berangkat kerja, aku pun bisa memanfaatkan semua yang ada di rumah. Mulai dari makanan yang serba tersedia, nonton film sampai main playstation.

Aku hanya mengurus dua anak kak Dian, itu pun tidak perlu terlalu repot, karena mereka sudah cukup besar untuk diperingatkan. Praktis pekerjaan yang berat, hanya menyiapkan makan minum untuk kak Dian dan suaminya. Setelah itu aku bisa bebas kembali. Itu sebabnya aku betah tinggal di rumah.

Setiap habis gajian, suami kak Dian Ferry selalu memberiku uang jajan yang lumayan banyak untuk membeli kosmetik dan pakaian. Malah, mereka ingin agar tinggal di rumah itu saja selamanya. Meskipun katanya aku sudah menikah nanti, aku masih bisa tetap tinggal di rumah itu. Rumah kak Dian memang cukup luas untuk menampung dua keluarga. Jumlah kamar saja ada lima biuah, ditambah ruang tamu dan ruang keluarga yang sangat lapang.

Bulan ketujuh aku tinggal di rumah itu, suami kak Dian sakit. Ia mengalami patah tulang setelah mengalami kecelakaan di perbatasan kota. Ferry harus istirahat selama dua bulan. Karena kak Dian sibuk kerja, aku yang harus menggantikannya mengurusi mas Ferry. Mulai dari kebutuhan makan, minum sampai ini dan itu semua aku lakukan. Maklumlah kak Dian wanita karier yang sangat sibuk. Ia baru bisa pulang pada malam hari.

Dari sinilah bencana berawal. Diam-diam, mas Ferry sering memperhatikanku. Aku sangat sadari itu, tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya. Lama - lama mas Ferry tambah berani ia mulai memegangi tanganku dan mencoba meraxuku untuk berhubungan seks, aku hanya diam dan berusaha menghindar dari bujuk rayunya, karena itu kuanggap hanya sebatas gurauan belaka.

Suatu siang ketika aku tidur lelap di dalam kamar, tiba-tiba ada beban berat yang menindih tubuhku. Aku sempat terperanjat kaget dan berusaha berontak, namun kekuatan itu kian dahsyat menindihku. Tak kuasa aku melawan semuanya, dan akhirnya, mas Ferry....

Sejak itulah petualangan kisah seks kami bermula. Tak ada rasa lagi rasa berontak dalam diriku malah, aku jadi lupa kalau Ferry adalah kakak iparku. Kami melakoni petualangan porno itu tanpa batas. Aku dan Ferry betul - betul merengkuh kenikmatan seksual, tanpa pernah tercium oleh kak Dian. Sampai detik ini pun kami masih menjalaninya. Kapan mengakhirinya, aku juga tak tahu.
Read More | komentar

Categories

 
Copyright © 2011. Umum - DewasaMagz . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template modify by Creating Website